Namun, di Indonesia, anak usahanya justru melaporkan kinerja historis dengan rekor penjualan dan dominasi pasar yang nyaris absolut.
Badai di Panggung Global: Proyeksi Laba dan Arus Kas Dipangkas
Berdasarkan laporan resmi yang dirilis pada Selasa (7/10), BMW AG merevisi turun proyeksi laba sebelum pajak grup untuk tahun 2025, dari sebelumnya diprediksi akan setara dengan 2024 menjadi “sedikit menurun”.
Sentimen negatif ini dipicu oleh perlambatan pertumbuhan di pasar strategis China dan dampak dari tarif impor di Amerika Serikat.
Revisi ini berdampak langsung pada metrik keuangan utama lainnya:
Return on Capital Employed (ROCE) untuk bisnis otomotif dipangkas menjadi 8% hingga 10%, dari sebelumnya di rentang 9% hingga 13%.
Arus Kas Bebas (Free Cash Flow) diproyeksikan turun drastis menjadi di atas 2,5 miliar euro, atau anjlok hampir 50% dari asumsi awal sebesar 5 miliar euro. Penurunan ini disebabkan oleh penundaan pembayaran restitusi bea cukai ke tahun 2026.
Pasar merespons negatif berita ini, dengan saham BMWG tercatat melemah 2,02%. Meskipun demikian, perusahaan menyatakan tetap berkomitmen pada rasio pembayaran dividen di level 30% hingga 40% dan melanjutkan program pembelian kembali saham (share buyback).
Pesta di Pasar Domestik: Dominasi Absolut di Indonesia
Berbanding terbalik 180 derajat, BMW Group Indonesia mengumumkan pencapaian luar biasa pada Kuartal I 2025. Perseroan berhasil mencatatkan penjualan sebanyak 835 unit, meningkat 7,7% secara tahunan (year-on-year).
Angka ini mengukuhkan posisi BMW sebagai pemimpin absolut dengan penguasaan 57% pangsa pasar di segmen mobil premium Indonesia.
Dominasi tersebut bahkan lebih kuat di segmen kendaraan listrik (EV) premium, di mana model seperti BMW iX dan MINI Electric berhasil merebut 64% pangsa pasar. Kinerja impresif ini juga sejalan dengan tren di kawasan Asia, yang mencatat pertumbuhan penjualan tertinggi sepanjang sejarah sebesar 13% di 14 pasar.
“Bagi BMW Indonesia, menjadi pemimpin tidak hanya berarti menghadirkan kendaraan luar biasa, tetapi juga memberikan ketenangan bagi pelanggan,” ujar Peter “Sunny” Medalla, President Director BMW Group Indonesia.
“Melalui program-program inovatif dari Customer Support seperti Relax We Care dan BMW Premium Selection (BPS), kami memastikan setiap pelanggan merasa dihargai.”
Analisis Kritis: Investasi Agresif Lokal di Tengah Kehati-hatian Global
Kontrasnya kinerja ini menunjukkan sebuah anomali yang menarik. Saat induk perusahaan di Jerman mengetatkan ikat pinggang, BMW Indonesia justru melancarkan strategi ekspansi yang agresif.
Hal ini dibuktikan dengan investasi belanja modal (capital expenditure) senilai lebih dari Rp200 miliar untuk diler baru berkonsep Retail.Next di PIK 2, dan rencana pembukaan 12 fasilitas serupa sepanjang tahun 2025.
Secara keseluruhan, kondisi ini merefleksikan dinamika pasar yang berbeda. Prospek BMW secara global akan sangat bergantung pada kemampuannya menavigasi tantangan di pasar utama seperti China dan AS.
Sementara itu, keberhasilan di pasar berkembang yang resilient seperti Indonesia menjadi krusial untuk menopang pertumbuhan jangka panjang dan membuktikan bahwa strategi investasi lokal yang tepat sasaran mampu memberikan hasil bahkan di tengah ketidakpastianglobal.
